7 Juli 2010

Maka Aku Menantikanmu...

Dalam belaian asa
Aku menanti sebuah jiwa
Yang setegar karang
Hingga ia tak rapuh oleh ombak yang menggemuruh
Yang sekokoh gunung
Hingga ia tak roboh oleh angin yang menderu

Dalam belaian asa
Aku menanti sebuah jiwa
Yang secerah mentari
sebab ia senantiasa memberikan kehangatan pada bumi
Yang sebening embun
sebab ia senantiasa memberikan kesejukan pada dedaunan
Yang seindah pelangi
sebab ia senantiasa memberikan warna pada cakrawala


Hmm...entah mengapa akhir-akhir ini aku sering banget mendapat pertanyaan “kapan kamu nikah?” atau “kapan nih aku kondangan ke tempatmu?” bahkan sempat mendapat sebuah ejekan “masak temen-temennya udah pada nikah, malah udah ada yang punya anak, lha kok kamu masih betah aja sih nge-jomblo?!” Dan selalu aku jawab dengan senyuman seraya berkata “biarkan saat itu indah pada waktu-Nya...”

Aku sendiri nggak tau apa alasan mereka menanyakan hal tersebut kepadaku, mending kalau sekali dua kali, tapi ini sering kali dan oleh banyak orang, tidak hanya satu dua orang. Apakah karena usiaku yang hampir seperempat abad dan wajahku sudah terlihat cukup dewasa (baca : tua) sehingga sudah selayaknya mendapatkan pertanyaan seperti itu, ataukah karena teman-teman satu angkatanku saat kuliah dan adik-adik tingkatku udah banyak yg nikah, atau memang mereka aja yang pengen ngegodain aku?! Entahlah...

Risih juga sih... Tapi jujur, kadang memang ada sebersit asa dalam hatiku, berharap saat itu hadir dan memberikan rona dalam hidupku. Berharap ada seorang laki-laki shalih yang Allah antarkan kepadaku untuk menjadi teman dalam perjalanan menuju surga-Nya. Seseorang yang bisa menguatkan ketika aku mulai rapuh. Seseorang yang bisa menopang ketika aku mulai luruh. Seseorang yang bisa menuntun ketika aku mulai lelah.

***
Aku tahu, bahwa ketika Dia belum jua mempertemukanku dengan engkau yang pasti menjadi bagian dalam kisah hidupku, adalah karena mungkin engkau belum setegar karang dan masih serapuh puing-puing berserakan. Aku yakin, saat inipun engkau juga berharap untuk bisa menjadikanku sebagai bagian dari kisah hidupmu. Mungkin Allah sengaja untuk memisahkan kita sementara waktu agar kita bisa lebih mendewasakan diri sebagai persiapan untuk menjelajahi kehidupan yang sesungguhnya.

Sebanyak hitungan nafasmu saat ini, aku yakin engkau mampu untuk menjaga kesabaranmu, karena itu yang akan mengantarkanmu kepadaku. Aku pun juga masih setia menantimu, percayakah engkau? Bilangan waktu yang kian hari memudarkan rona pada wajahku tak kan pernah sanggup untuk membuatku berhenti menunggumu. Aku percaya kepadamu, bahwa pada saat-Nya nanti engkau akan datang dengan cinta-Nya dan membawa sejuta asa untuk membawaku ke surga, melangkah bersama untuk menyempurnakan setengah dari dien yang mulia. Aku meyakini itu, maka aku menantikanmu, hingga saat cintaku temukan dirimu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar