3 Juli 2010

Playboy Cap Ikhwan

Hampir dua tahun ini aku merasa sangat dekat dengan seorang ikhwan. Dekat bukan dalam artian hubungan secara khusus (pacaran) lho, tapi dekat dalam arti akrab. Kebetulan kami pernah se-organisasi dan sangat sering berinteraksi, baik secara langsung, telepon, atau sekedar sms. Bahkan setelah kepulanganku ke Magelang pun kami masih sering berkomunikasi secara intens melalui sms dan telephon.

Sebelumnya aku sama sekali tidak mengenalnya, karena memang kami beda kampus. Kami menjadi akrab saat sama-sama menjadi panitia di sebuah acara yang diselenggarakan oleh organisasi kami dan itu mengharuskan kami untuk sering melakukan komunikasi demi kelancaran acara tersebut. Dan kami lebih memilih sms sebagai sarana dalam berkomunikasi karena lebih hemat, maklum anak kos, hehe…

Pada awalnya sms-sms kami masih seputar prepare kegiatan tersebut, namun sampai acara evaluasi kegiatan berakhir, sms itu masih berlanjut. Aku menganggap, ah hanya sms biasa, karena hanya seputar bagaimana kabarku, sudah nyampe mana skripsiku, dan sms-sms lain yang banyak berisi motivasi dan doa. Namun seiring berjalannya waktu, sms-sms itu semakin sering dan kadang terkesan “aneh”, seperti misalnya kapan aku nikah, udah proses ma ikhwan atau belum, ikhwan seperti apa yang aku inginkan, dan beberapa lagi yang aku lupa isinya, tapi masih seputar itulah.....

Sempat terlintas di benakku, ini ikhwan beneran ga sih, tarbiyah ga sih. Tapi ternyata setelah aku tanyakan kepada seorang teman yang satu kampus dengannya, dia termasuk salah satu ikhwan terbaik di kampusnya, baik dari segi tarbawi maupun da’awinya (juga termasuk ikhwan yang menjadi idola beberapa akhwat di kampusnya). Wah, bukan ikhwan “sembarangan” dong kalo gitu, tapi kok gitu ya?! Hmm......apa mungkin karena dia ikhwan seniman ya, jadi fleksibel banget kalo sama akhwat...?? Entahlah.....

Seiring berjalannya waktu, sms itu terus berlanjut, dan jujur itu membuatku sedikit “kacau”. Karena pada akhirnya aku terbiasa dengan perhatian-perhatiannya, meskipun itu hanya sebatas sms. Aku juga merasa nyaman membicarakan apapun dengannya via telepon atau saat bertemu langsung. Dan selanjutnya, akupun merasa ada yang tidak wajar dengan kedekatan kami. Ada yang tidak biasa yang aku rasakan dalam hatiku, dan aku aku tak tahu apa itu.... Ah, wanita memang mudah terpesona dengan kata-kata.

Kondisi itu aku ceritakan kepada seorang teman akhwat yang kebetulan satu kampus dengan ikhwan tersebut. Dan ternyata dia juga pernah mengalami hal yang serupa dengan ikhwan itu, bahkan lebih parah lagi, karena tuh akhwat sampe berharap dan yakin banget kalo tuh ikhwan bakalan memilihnya. Juga informasi dari beberapa akhwat di kampusnya yang pernah menjadi “korbannya”. Bahkan akhwat dari kota lain yg dia kenal saat ada acara di Semarang pun mengatakan kepadaku bahwa si ikhwan itu pernah terus terang mengatakan via sms kalo dia suka sama tuh akhwat. Hwaaaaa........ Dasar!!!! Akunya udah Ge-eR, eh ternyata banyak juga yg di-GR-in sama dia. Emang dasar “playboy cap ikhwan” kali ya, tebar pesona kemana-mana......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar